MA Arifah, 5/5/2025 – Acara perpisahan siswa-siswi Madrasah Aliyah (MA) Arifah tahun 2025 menjadi momen yang tak terlupakan, bukan hanya sebagai penanda berakhirnya masa studi, tetapi juga sebagai panggung megah bagi kekayaan seni dan budaya tradisional. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, perpisahan kali ini secara khusus menonjolkan makna mendalam dari setiap kesenian yang ditampilkan, mulai dari A’ngaru yang penuh semangat, Tunrung Pakanjarak yang menghentak, Gandrang Bulo yang ceria, hingga Tari Empat Etnis yang merepresentasikan persatuan.
A’ngaru: Ikrar Kesetiaan dan Semangat Juang
Penampilan A’ngaru membuka rangkaian acara dengan penuh khidmat. Kesenian tradisional suku Bugis-Makassar ini, yang secara harfiah berarti ‘sumpah’ atau ‘ikrar’, merupakan ritual pengucapan sumpah setia seorang prajurit kepada raja, khususnya saat hendak menuju medan perang. Dalam konteks perpisahan MA Arifah, A’ngaru dimaknai sebagai ikrar kesetiaan para siswa kepada almamater, serta semangat juang untuk menghadapi masa depan. Setiap gerak dan ucapan dalam A’ngaru memancarkan keberanian, keteguhan hati, dan komitmen untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang telah diajarkan selama di bangku sekolah. Penampilan ini tidak hanya memukau penonton, tetapi juga menanamkan rasa bangga akan warisan budaya yang kaya.
Berita terkait
- Siswa Kelas X.2 MA Arifah Menelusuri Sejarah Bangsa Melalui Kunjungan ke Museum di Makassar.
Tunrung Pakanjarak: Menghentak Semangat Baru
Selanjutnya, panggung diguncang oleh irama Tunrung Pakanjarak. Kesenian tabuhan gendang khas Makassar ini dikenal sebagai ‘tabuh amuk’ atau ‘tetabuhan pembuka’ yang biasa digunakan untuk menunjukkan semangat dalam memulai suatu rangkaian acara. Dentuman gendang yang ritmis dan energik dari Tunrung Pakanjarak seolah menjadi simbol semangat baru bagi para lulusan. Ini adalah seruan untuk memulai babak baru dalam kehidupan dengan penuh energi, optimisme, dan keberanian untuk menghadapi tantangan. Setiap pukulan gendang menggemakan harapan dan motivasi, mendorong para siswa untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat.
Gandrang Bulo: Keceriaan dan Kebersamaan dalam Gerak
Suasana berubah menjadi lebih ceria dengan hadirnya Tari Gandrang Bulo. Tarian tradisional Sulawesi Selatan ini dikenal dengan gerakannya yang dinamis dan ekspresif, seringkali diiringi dengan ‘kelong’ atau nyanyian yang mengandung unsur humor. Gandrang Bulo tidak hanya menampilkan keindahan gerak, tetapi juga merefleksikan keceriaan dan kebersamaan. Dalam konteks perpisahan, tarian ini menjadi representasi dari suka cita dan kenangan indah yang telah terukir selama masa sekolah. Gerakan yang lincah dan interaksi antar penari menggambarkan eratnya tali persahabatan dan kebersamaan yang akan selalu terjalin, meskipun jalan yang ditempuh akan berbeda.
Tari Empat Etnis: Simbol Persatuan dalam Keberagaman
Puncak acara kesenian ditutup dengan penampilan Tari Empat Etnis yang memukau. Tarian ini merupakan perwujudan dari empat etnis terbesar di Sulawesi Selatan, yaitu Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar . Setiap etnis direpresentasikan melalui pakaian, gerakan, lagu, dan musik yang khas, namun dipadukan secara harmonis dalam satu kesatuan tarian. Tari Empat Etnis menjadi simbol kuat dari persatuan dalam keberagaman, sebuah pesan penting bagi para lulusan bahwa meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka adalah bagian dari satu bangsa yang besar. Tarian ini mengajarkan tentang toleransi, saling menghargai, dan pentingnya menjaga keharmonisan dalam masyarakat yang majemur.
Acara perpisahan MA Arifah 2025 bukan sekadar seremoni pelepasan, melainkan sebuah perayaan budaya yang sarat makna. Melalui setiap penampilan kesenian tradisional, para siswa tidak hanya dihibur, tetapi juga diingatkan akan akar budaya mereka, nilai-nilai luhur, serta semangat persatuan yang akan menjadi bekal berharga dalam menapaki masa depan. Semoga semangat kesenian ini terus hidup dan menginspirasi generasi muda untuk melestarikan kekayaan budaya bangsa.