Siswa MA Arifah Lakukan Study Riset ke Toraja dan toraja Utara
maarifahnews. Sebagai madrasah riset yang berbasis digital, Madrasah Arifah senantiasa melakukan perjalanan riset ke berbagai tempat. seperti halnya yang dilakukan pada 17 sampai 19 desember 2021, sebanyak 40 orang siswa MA Arifah melakukan kegiatan riset ke tiga kabupaten yaitu. Tator, Toraja Utara dan Kabupaten Enrekang.
Dipilihnya ke tiga kabupaten tersebut adalah karena selain untuk melakukan riset juga siswa dapat sekaligus melakukan refreshing setelah berakhirnya pembelajaran semester Ganjil TP 2021/2022
Beberapa tempat yang dikunjungi adalah antara lain Goa Londa yang jadi tempat penyimpanan jenazah yang khusus bagi keturunan langsung leluhur Toraja. Goa ini terletak di perbatasan antara Makale dan Rantepao. Saat memasuki area Goa Londa, akan disambut dengan kerbau Si Belang yang harganya bisa mencapai milyaran. Di Toraja, kerbau jenis ini disebut Tedong Saleko, kerbau dengan kasta tertinggi. Bagi masyarakat setempat, kerbau dianggap hewan suci yang mampu mengantarkan mereka ke alam lain yang disebut puya. Dalam Goa Londa banyak dijumpai peti mati atau yang disebut Erong. Peti ini terbuat dari kayu. Selain erong, dalam Goa Londa juga banyak dijumpai tengkorak dan tulang belulang akibat erong yang telah lapuk dimakan usia.
dalam goa juga banyak terdapat Patung kayu berbentuk manusia atau yang disebut Tau-tau ialah simbol orang yang telah meninggal. Hanya dari kalangan bangsawan yang dibuatkan Tau-tau. Proses pembuatan Tau-Tau tidak boleh dikerjakan oleh sembarang orang, selama proses pembuatan juga sang pembuatnya wajib mengerjakan dekat dengan jenazah. Melalui patung ini, hubungan yang terjalin tetap langgeng meski telah tiada
Tempat lain yang dikunjungi oleh tim riset siswa MA Arifah adalah Kate’ kesu. Berada di desa Bonaran, sekitar lima kilometer dari pusat kota Rantepao, akses menuju desa ini cukup butuh perjuangan dengan jalan beraspal yang gak begitu luas. Pahatan dinding batu Kete Kesu begitu penuh makna. Jika diperhatikan dindingnya, terdapat beberapa makam khusus yang diletakkan di posisi paling tinggi. Itu merupakan makam para bangsawan Tana Toraja. Foto beberapa tetua dan cendekiawan juga dapat dilihat di sepanjang jalan menuju makam goa.
Kete Kesu menghadirkan sisa-sisa peninggalan bersejarah yang berumur ratusan tahun, mulai dari rumah adat (Tongkonan), ukiran dinding, artefak hingga makam orang-orang penting di masa lalu. Terdapat 6 Tongkonan dengan 12 lumbung padi yang berusia 300 tahun, makam goa, dan makam tebing berusia 500 tahun. Salah satu pemakaman tertua di dunia ada di lokasi wisata ini.
Memasuki lokasi Kete Kesu, dijumpai beberapa makam di bukit dan tulang belulang di beberapa lokasi tertentu. Di hari khusus antara bulan Juni dan Desember, masyarakat Toraja akan berkumpul Kete Kesu untuk melaksanakan upacara adat penghargaan kepada leluhur dan pemakaman Rambu Solo.
Hari terakhir kegiatan riset di kabupaten toraja utara adalah mengunjungi negeri di atas awan lolai. Tempat wisata tersebut berada di ketinggian kira-kira 1300 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan terkenal ebagai negeri di atas awan. Namanya ialah To’ Tombi, disini kamu dapat disuguhkan bersama dengan indahnya sekumpulan awan putih di depan mata. Lokasi objek wisata To’ Tombi Toraja terdapat di Kampung Lolai, Lembang (Desa) Benteng Mamullu, Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara. Perjalanan menuju To’ Tombi Toraja tidaklah mudah, di mana anda harus lewat jalur yang berliku-liku seperti jalur menuju dataran tinggi atau pegunungan.
Objek riset terakhir yang dikunjungi adalah gunung Buttu Kabobong atau yang populer dengan sebutan Gunung Nona. Gunung yang terletak di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Buttu Kabobong memiliki keunikan , sehingga mendapat julukan Gunung Nona. Unik karena bentuknya yang sangat mirip dengan organ vital wanita. Dalam bahasa lokal, Buntu atau Buttu berarti gunung, sedang Kabobong berarti organ vital wanita. Sehingga gunung yang secara alami terbentuk sering juga disebut Erotic Mountain oleh wisatawan asing.
Buttu Kabobong sejak dulu menjadi ikon yang melekat pada Bumi Massenrempulu, Enrekang. Cuaca cukup sejuk di sekitar gunung yang berada di atas ketinggian 500 mdpl.